Dua Profesor Fisika UI Dikukuhkan Jadi Anggota AIPI

Rabu, 20 November 2013, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) mengukuhkan Prof. Dr. Terry Mart dan Prof. Dr. Rosari Saleh sebagai anggota baru Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar AIPI. Keduanya merupakan guru besar dari Departemen Ilmu Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI.

Bertempat di Balai Sidang UI, pengukuhan tersebut dipimpin oleh Wakil Ketua AIPI Prof. Dr. Satryo Soemantri Brodjonegoro. AIPI sendiri merupakan lembaga independen, yang bertugas memberikan pendapat serta saran kepada pemerintah dan masyarakat luas mengenai pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan. AIPI dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1990. Menurut Prof. Dr. Satryo, AIPI memiliki legitimasi yang kuat, sehingga pemilihan anggota baru AIPI didasarkan pada proses yang panjang. Di luar negeri, AIPI seperti halnya National Academy of Sciences di Amerika Serikat, sebuah lembaga terpandang yang menjadi pemberi masukan bagi pemerintah.

Pengangkatan anggota baru diawali dari usulan sejumlah anggota AIPI, dan dari persetujuan dua pertiga jumlah anggota yang ada. Terpilihnya Prof. Dr. Terry Mart dan Prof. Dr. Rosari Saleh, didasari atas kiprah mereka yang besar di bidang ilmu pengetahuan. Hal tersebut terlihat dari dikenalnya karya serta pemikiran mereka baik di tingkat nasional maupun internasional.

Pada inaugurasi tersebut, Prof. Dr. Terry Mart menyampaikan kuliahnya yang berjudul, “Membawa Prinsip Pauli pada Produksi Hyperon dan Hypernucleus Serta untuk Memahami Bintang Netron”. Pemaparan tersebut, menurutnya, merupakan cuplikan dari penelitiannya selama 20 tahun terakhir. Bidang kajian yang ia dalami antara lain tentang nuklir partikel. Aplikasi teori nuklir partikel salah satunya terdapat dalam bidang fisika medis. Sejumlah alat kedokteran yang merupakan penerapan dari fisika medis yaitu, Positron Emission Tomography (PET) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). PET misalnya, digunakan dalam pendeteksian kanker. PET bekerja dengan meletakkan suatu material radioaktif yang mengeluarkan positron di lokasi kankernya. Lewat radiasi, lokasi kanker kemudian dapat dipotret. PET merupakan pendeteksi kanker yang akurat dan efektif.

Sementara itu, Prof. Dr. Rosari Saleh menyampaikan kuliahnya dengan judul, “Otonomi Energi: Titik Balik Bagi Energi Terbarukan.” Ia smengutarakan bahwa pendapatan Indonesia lebih kecil dibandingkan pengeluarannya untuk konsumsi bahan bakar minyak. Oleh karena itu, ia menyarankan penggunaan energi matahari untuk mengatasi hal tersebut. Energi matahari, menurutnya, memiliki sejumlah keunggulan seperti gratis dan bersih, terbarukan, dan akan selalu ada hingga berjuta tahun ke depan. Selain itu, setiap satu jam energi matahari yang sampai ke bumi, dapat mencukupi kebutuhan energi selama satu tahun. Lebih lanjut ia mengatakan, sinar matahari merupakan sumber energi yang efisien dengan kebutuhan Indonesia. “Sumber energi terbarukan yang memiliki kelebihan jauh di atas dan kelemahan yang jauh di bawah sumber energi-energi terbarukan lainnya,” papar Rosari. (KHN)

Related Posts