Pengukuhan 2 Guru Besar Fakultas Teknik

Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof.Dr.der.Soz.Gumilar Rusliwa Somantri mengukuhkan 2 Guru Besar Tetap Fakultas Teknik UI yaitu Prof.Ir. Triatno Yudo Harjoko, M.Sc., Ph.D dan Prof.Dr.Ir.Hj. Anne Zulfia Syahrial M.Sc, dalam suatu sidang terbuka Senat UI yang berlangsung hari Rabu pagi (02/04) di Gedung Balai Sidang Kampus Depok.
Prof. Triatno Yudo Harjoko (59), staf pengajar Departemen Arsitektur FTUI, membacakan pidato ilmiah berjudul “TROPOTOPIA: Antara Materialitas, Representasi dan Praktek Keseharian dari Bentuk Permukiman Perkotaan.” Sementara Prof. Anne Zulfia Syahrial (47), staf pengajar Departemen Metalurgi dan Material FTUI membacakan pidato ilmiah berjudul “Komposit Aluminium Sebagai Kandidat Material untuk Komponen Otomotif Masa Depan di Indonesia.”

Triatno Yudo Harjoko dilahirkan di Yogyakarta 29 Juni 1949, menikah dengan Dra. Pawitra, Apt dan dikaruniai anak bernama Pandhu Pradhana (alumni Universitas Gunadarma) dan Naya Pandya, ST (Alumni UI). Menyelesaikan strata 1 Arsitektur UI (1978), Strata 2 di bidang Town Planning, UWIST, Cardiff, UK (1983) dan Strata 3 dalam bidang Environmental Design, Universitas Caberra, Australia (2003). Menjadi dosen di FTUI sejak tahun 1979, pernah menjadi Ketua Badan Perencanaan Pengembangan Fakultas Teknik UI dan Ketua Departemen Arsitektur FTUI.
Anne Zulfia Syahrial, kelahiran Pangkal Pinang 23 Maret 1961, ayah bernama H. Syahrial Zen (alm) dan Ibu Hj. Fatma Zurni Machmud. Lulusan Jurusan Metalurgi FTUI (1985), meraih strata 2 (1994) dan Strata 3 (2000) dari Departement of Engineering Material, University of Sheffield, United Kingdom. Staf pengajar FTUI sejak tahun 1985, sempat menjabat sekretaris Departemen Metalurgi dan Material FTUI, saat ini Ketua KI Advanced Material, Departemen Metalurgi dan Material FTUI.

Arsitektur sangat erat berkaitan dengan bentuk dan wujud dari lingkung bangun. Bentuk adalah representasi dari ide tentang sesuatu (subyektif – pola-pola mental); sedangkan wujud adalah kondisi obyektif (muatan-muatan) dari sesuatu. Dalam berpengetahuan, problematik utama adalah saat pengamat merumuskan apa yang diamati (konsep being) dan menyatakan keapaannya (proposisi – state of affairs); yakni keteguhan makna antara konsep sumbyektif/obyektif dan proposisi subyektif/obyektifnya.

Secara khusus istilah Tropotopia ditujukan untuk menjelaskan fenomena bentuk pemukiman, khususnya dalam paparan ini derkaitan dengan keberadaan kampung perkotaan. Secara umum, ide ini sebenarnyajuga merujuk pada metoda berpikir itu sendiri. Ilmuwan dalam berwacana memiliki kecenderungan untuk ‘melihat’ , memahami ilmuwan lain dari kacamata, bentuk, lokasi (topos) berpikir terntentu dari dia/mereka sendiri; dan jika tidak mampu membandingkan, melokalisasikan ide yang berlainan pada lokasi dia/mereka maka muncul pertentangan dan menempatkan ide yang berlainan ini pada lokasi tandingan atau bahkan ‘tak dikenal’ – utopia, heterotopia, dystopia. Tropotopia tidak menafikan metoda berpikir yang bersifat kisi-kisi (matrik, taksonomi) namun lebih kepada meragukan metoda tersebut untuk mengungkap apa itu keseharian yang selalu berubah dan nampak ‘menolak’ untuk dibuat kisi-kisi atau generalisasi yang kaku. Tropotopia dirujuk dari dua akar kata Yunani – tropo, keadaan tidak kekal, selalu berubah (tropical, entropy); dan topos, tempat. Istilah ini merujuk pada pemahaman bentuk liminal, ‘bentuk’ yang hadir dalam benak atau mental-pikir manusia dan hadir dalam proses mengkualitas; dia tidak dapat dipastikan wujudnya kecuali kualitas kehadirannya.

Rumah bagi masyarakat miskin bukan ‘rumah seperti apa’ tetapi ‘bagaimana rumah itu mendukung kehidupan manusia’. Sangat ironis jika kebijakan pemerintah mengenai perumahan masih berorientasi pada rumah milik. Kampung perkotaan berasal dari kampung tradisional yang dihuni secara komunal. Tradisi ini sangat berlawanan dengan hakekat kota yang meminta pengelolaan ‘ranah publik’. Pemahaman permukiman perkotaan dalam masyarakat dwi-sosial meminta pengamat untuk memahami bagaimana ruang daur hidup yang terjadi ini dikembangkan atau diproduksi secara sosial. Masalah perumahan perkotaan bagi masyarakat miskin tidak dapat diselesaikan dengan membangun seribu menara rumah susun seperti dicanangkan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia.

Pengurangan berat komponen-komponen otomotif dan frame body kendaraan bermotor telah menjadi perhatian utama industri otomotif dewasa ini. Hal ini berkaitan erat dengan program penghematan bahan baker dunia dan pengurangan polusi gas buang yang dampaknya telah dirasakan sebagai efek rumah kaca dalam beberapa tahun belakangan ini. Dengan sifatnya yang ringan dan mudah difabrikasi, logam aluminium merupakan kandidat yang sangat potensial sebagai material pengganti besi tuang dan baja untuk komponen-komponen tertentu dalam kendaraan bermotor. Namun sayangnya logam aluminium memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan besi tuang dan baja. Sehubungan dengan itu, perkembangan teknologi material telah melahirkan suatu jenis material baru yang bukan saja berbasis pada material monolitik (tunggal) tetapi merupakan kombinasi dari dua material atau lebih, dengan hasil akhir berupa sifat fisik dan mekanis yang superior yang merupakan perpaduan keunggulan karakteristik terbaik dari masing-masing material penyusupnya.

Material inilah yang disebut dengan komposit. Dengan konsep komposit ini, maka logam aluminium dapat dikombinasikan dengan material keramik seperti silicon karbida (SiC), alumina (AI2O3) maupun grafit (C ) melalui proses metalurgi serbuk dan pengecoran. Hasil akhir berupa komposit aluminium dengan kekuatan, kekakuan, kekerasan, ketahanan aus dan ketahanan panas yang tinggi, sebagai hasil kontribusi fasa keramik sebagai penguat dan berat material secara keseluruhan yang tetap ringan sebagai kontribusi aluminium sebagai matrik. Komposit aluminium mempunyai masa depan yang cerah di dalam pengembangan teknologi material untuk industri otomotif di Indonesia. Walapun demikian, masih dibutuhkan kerja sama yang lebih intensif dari tiga komponen utama, yaitu pemerintah, industri dan lembaga penelitian/institusi akademik untuk memainkan peranan penting dalam penguasaan teknologi material komposit untuk komponen-komponen otomotif.

Related Posts